“Kopimu sudah hampir dingin, Mas.” Terdengar
suara istrinya yang lembut di belakang telinganya. Tapi ia sama sekali tidak
bergerak untuk mengambil gelas belimbing berisi kopi yang ada di meja di
sebelahnya. Ia hanya mengedip dua kali.
Lelaki itu ingin sekali menolehkan kepalanya
dan melihat wajah istrinya. Bahkan ia ingin sedikit mengecupnya dan mengucapkan
terima kasih untuk setiap gelas kopi yang istrinya sajikan setiap pagi dan sore
hari. Tapi ia takut. Ia takut tak dapat menemukan wajah istrinya di sana. Ia
takut itu hanya khayalannya belaka.
“Kopimu sudah hampir dingin, Mas.” Suara istrinya terdengar lagi. Kali ini diiringi semilir wangi melati.
No comments:
Post a Comment