Sunday, September 30, 2012

Piramida Tawuran

Miris rasanya membaca atau mendengar berita tentang tawuran antar pelajar. Apalagi kalau sampai memakan korban jiwa. Tidak terbayangkan perasaan orang tua korban tawuran yang mungkin sudah susah payah menyekolahkan anak mereka dengan harapan suatu hari nanti bisa jadi “orang”, jadi kebanggaan keluarga, atau setidaknya mampu berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, anak yang dihujani harapan tersebut mati konyol di tangan anak-anak sebayanya, atas dasar entah apa.

Peristiwa mengenaskan tersebut membuat saya menengok ke belakang. Apa yang saya lakukan dulu saat saya seusia mereka? Apakah saya terlihat sama seperti mereka? Bagaimana tawuran di mata saya waktu itu?
Seperti sebagian besar dari kita, saya pernah juga SMA. Dan kadang saya juga melihat tawuran. Tapi beruntung sekolah tempat saya belajar bukan peserta aktif tawuran antar sekolah. Meski pernah juga kami tawuran dengan sesama penghuni sekolah, kakak kelas. Tapi yah, hanya sebatas kejar-kejaran di sekitar sekolah, dengan ending kami semua dikejar oleh Guru BP. Hehehe…

Di mata anak-anak STM atau SMA lain, kami mungkin terlihat culun, cupu kata anak sekarang. Karenanya tidak pernah ada sekolah lain yang menantang kami untuk tawuran. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak berani mengganggu kami. Karena walaupun penampilan kami cupu, setiap hari bawa gunungan buku, tapi mereka tahu kami bisa jadi sangat berbahaya.

Kami adalah anak-anak yang kesehariannya berkutat dengan bahan-bahan kimia. Kami bisa saja membuat sebuah bom sederhana, atau paling tidak kami punya larutan asam pekat yang akan memakan apapun yang dikenainya. Kalau sampai kami harus turun ke jalan (baca: tawuran), maka saat anak-anak dari STM membawa parang, celurit, samurai, atau gir bersabuk, kami cukup membawa pistol air yang berisi asam pekat. Dijamin kami pasti menang! Tapi tolong jangan dicontoh ide konyol ini ya adik-adik. Percayalah, mendapatkan asam pekat itu tidak semudah mendapatkan asam cuka.

Anyway, tawuran antar pelajar telah menarik perhatian banyak pihak. Bola panas dilemparkan ke sana ke mari mencari siapa yang harus bertanggung jawab atas trend brutal tersebut. Katanya ini adalah tanggung jawab Sekolah dan para Guru, ada juga yang bilang ini tanggung jawab pemerintah terutama Dinas Pendidikan yang dianggap gagal menciptakan sistem pendidikan yang berperikemanusiaan. Lebih jauh lagi ada yang mengatakan bahwa masyarakat juga ikut bertanggung jawab karena membiarkan hal berbahaya itu terjadi di depan mata. Media yang tidak mendidik dan kerap menampilkan kekerasan juga ikut dipersalahkan atas pengaruhnya yang sangat kuat pada mereka. Orang tua atau pihak keluarga dari anak-anak yang tawuran (termasuk korbannya) juga tidak luput dari tudingan tidak mampu mendidik anak-anak mereka.

Lalu bagaimana dengan anak-anak itu sendiri? Anak-anak yang berlarian sambil membawa senjata tajam atau mengambil dan melemparkan batu-batu di jalan? Anak yang berhasil lari lebih cepat dari lawannya dan dengan tangannya sendiri menebas atau menikam atau memukul anak lain yang dianggap musuhnya. Apakah mereka tidak bisa disalahkan?

Kita sepertinya sepakat bahwa apa yang anak-anak itu lakukan adalah tanggung jawab orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk dalam lingkup lebih luas, tanggung jawab Negara yang ditinggalinya. Mengapa harus begitu? Padahal secara usia mereka sudah bukan anak-anak lagi, mereka sudah remaja (bila tidak bisa dibilang dewasa). Bukankah seharusnya di usia tersebut mereka sudah bisa membedakan yang baik dan yang buruk? Mereka sudah tahu dan paham bahwa menyerang orang lain apalagi sampai menyebabkan kehilangan nyawa adalah sebuah kejahatan dan tidak sepatutnya dilakukan. And they do it anyway, in a  mob…

Seorang pelajar yang diduga bertanggung jawab atas kematian salah satu korban tawuran dan kemudian tertangkap mengaku PUAS telah membunuh pelajar lain yang ia anggap sebagai lawannya. Dia PUAS! Dan saya yakin kita semua lemas mendengarnya. Ini jelas sebuah kejahatan yang dilakukan dengan kesadaran penuh dan niat. Niat untuk membunuh dan kepuasan setelah berhasil itu datang dari seorang anak usia sekolah menengah. Apa yang Anda pikirkan?
Jika kita menganalogikan fenomena ini menjadi sebuah bagan piramida seperti “Piramida Kecelakaan” yang biasa digunakan oleh divisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) sebuah perusahaan, maka kita akan mendapat gambaran sebagai berikut:


Dalam piramida kecelakaan, puncak piramida ditempati oleh Fatality atau kecelakaan kerja yang menyebabkan kematian. Di bawahnya adalah kecelakaan yang mengakibatkan Lost Time atau kehilangan waktu kerja tapi tidak menyebabkan kematian. Di bawahnya lagi adalah kecelakaan yang terjadi tapi tidak menyebabkan lost time maupun fatality. Di bawahnya lagi adalah Near Miss atau kejadian hampir kecelakaan, tapi tidak menyebabkan kecelakaan, hanya nyaris celaka (dalam dunia K3, semua hal ini idealnya tercatat dan terukur). Dan yang paling bawah adalah Unsafe Acts and Unsafe Condition yaitu keadaan tidak aman (tempat, alat, prosedur, sistem kerja) dan tidakan tidak aman.

Satu kali tindakan tidak aman dilakukan dalam pekerjaan mungkin tidak akan berpengaruh apa-apa. Tapi jika tindakan tidak aman itu terus dilakukan maka suatu hari near miss pasti terjadi. Demikian juga near misses yang dibiarkan akan menyebabkan insiden, begitu seterusnya hingga suatu hari semua keadaan itu akan menyebabkan satu kematian. Dengan kata lain, satu fatality adalah akibat dari banyaknya tindakan tidak aman yang terus menerus dilakukan.

Nah, demikian kita bisa melihat fenomena adanya kejahatan yang dilakukan oleh seorang pelajar dianalogikan dalam piramida. Pemerintahan sebagai fondasi dari piramida memegang peranan penting dalam penciptaan seorang kriminal muda. Ignorance yang berkelanjutan dari bawah menyebabkan kegagalan-kegagalan elemen di atasnya hingga mencapai puncak piramida.

Tapi perbaikan yang harus dilakukan tetap dimulai dari pribadi si anak sendiri. Ia adalah orang yang paling bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan dengan tangannya sendiri. Kemudian keluarga sebagai lingkaran yang paling dekat dengan dirinya seharusnya bisa memberikan pengaruh yang baik. Disusul dengan institusi sekolah dan masyarakat, termasuk media. Kemudian pemerintah sebagai otoritas penyusun sistem pendidikan. Ini adalah PR bersama, dan sudah seharusnya dikerjakan bersama-sama pula.



Tuesday, September 25, 2012

Fiksimini Selection


TGIF (Thank God It’s Fiksimini!). Terima kasih Tuhan, ini Fiksimini! Dan terima kasih juga untuk salah satu teman saya di dunia maya, sebut saja Reza, yang menaruh perhatian terhadap karya-karya FM saya. Kalau bukan karena dia, mungkin saya tidak akan repot-repot mengumpulkan remah-remah FM yang tidak seberapa dibanding jumlah tweet saya yang sudah mencapai sebelas ribuan (cerewet juga ya ternyata?!), hehe..

Saya sadar saya bukan fiksiminier handal. Bahkan dari enam halaman kumpulan FM yang saya hasilkan sejak 2010, hanya satu setengah halaman saja yang menurut saya layak untuk dimasukkan ke dalam kumpulan “Fiksimini Selection”. Mudah-mudahan kumpulan selektif ini tidak dianggap sebagai niat menyombongkan diri. Yakali ada yang menganggap saya berlagak seperti penyanyi populer yang mengeluarkan album “The Best”. Hahahahaa… Tapi maaf, yang terjadi justru sebaliknya. Saya tidak punya apapun yang bisa saya sombongkan. Kalau boleh jujur sebenarnya saya minder bukan kepalang. Saya adalah orang yang sangat tidak percaya diri apalagi kalau menyangkut yang ini (tulisan, fiksimini, dsb). Tapi saya harus menebalkan mental. Kalau tulisan saya tidak pernah dibaca orang, bagaimana saya mau belajar? Bagaimana saya bisa tahu mana yang salah dan mana yang perlu perbaikan?

Maka demikianlah Fiksimini Selection ini akhirnya muncul. Sebagaimana genre dalam sinema, FM Selection ini saya bagi dalam empat kategori: Misteri/Horor, Drama Percintaan, Komedi, dan Drama Keluarga. Susunan FM dalam setiap kategori tidak berurutan alias acak. Juga tidak disusun berdasarkan topik yang serupa, completely random. Tapi kalau kamu berhasil menemukan benang merah dari masing-masing kalimat, berarti kamu hebat!

Kalau saya bilang saya berharap FM-FM ini dapat menyentuh kalian, itu berlebihan. Maka saya hanya berharap kalian dapat menikmatinya, mengerti jalan ceritanya, membayangkan adegannya, merasakan ledakannya (jika ada). Kalaupun tidak, saya harap kalian sudi memakluminya.
Anyway, dengan segala kerendahan hati, saya persembahkan my very own Fiksimini Selection... Enjoy..!!

Misteri/Horor:

Funeral song played in my wedding day. It was not unintended. I marry a dead man. Yes, I do.

UNDANGAN UNTUK DUA ORANG. Aku mengajak mendiang suamiku.


ADIL. Di meja makan, ibu dan ketiga istri Ayah yang lain masing-masing mendapat seperempat bagian jantung Ayah di atas piring.

LULLABY. It's 2 AM and heavy rain. Mom couldn't get out from her grave. The kid still awake waiting for her lullaby.

TERBANGUN DI SISI IBU. Senang, kupeluk ibu erat-erat. Tak peduli udara pengap dan tanah lembap menimbun peti tempat kami berbaring.

JANIN. "Jangan!" Aku teriak sekuat tenaga, Ibu tak mendengar. Suaraku hanya memantul dari dinding ke dinding. Ibu tetap membunuhku.

Bayi itu sudah menangis sekencang yang ia mampu, tapi ibunya tetap menekan tombol siram di toilet itu.

BABY BLUE. Laki-laki itu sangat bahagia atas kelahiran putra pertamanya. Terlalu bahagia hingga lupa menguburkan istrinya. 

AYAHKU PELAWAK YANG SANGAT LUCU. "Jangan pernah tertawakan pekerjaan Ayah!" Katanya geram sambil menjahit mulutku.

"Ayah, mengapa hujan hanya turun di sawah tetangga saja?" | "Karena Dewa hanya menerima tumbal perawan, dasar sundal!!" PLAAKK!!

Drama Percintaan:

"AKU SUKA KAMU. MAUKAH KAMU JADI PACARKU?" Kakak itu tersenyum mendengarku kemudian mengacak rambutku. "Sana main lagi dik.."

Setangkai mawar merah jambu yang kuselipkan dalam tas sekolahnya, seketika layu saat ia pulang bersama Pak Guru.

MALAM MINGGU DI BANGKU TAMAN. Bayanganku asik bercumbu dengan wanita di ujung bangku.

WAYANG-WAYANGKU. Kuletakkan ia di tempat tidur. Aku gemetar melepas baju tidur. Wajahku merona. Malam ini giliran Arjuna.

PERNIKAHAN BEDA AGAMA. "Setidaknya kita punya satu kesamaan. Kita sama-sama perempuan" | "Menurutmu Tuhan akan memaafkan itu?" | *hening

DISKON BESAR-BESARAN. Tinggal hatiku yang belum terjual.

Komedi:

SENDAL JEPIT. Sudah puluhan mesjid, belum ada yang cocok.

KOLEKTOR BENDA KUNO. Mas Donny memandangi nenekku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

SURGA KE KANAN. Maaf, sedang perbaikan jalan.

Koruptor: Saya takut masuk neraka | Setan: Tenang Pak, saya punya koneksi di sana. Nanti Bapak boleh dapat kamar yang ada AC-nya.




Drama Keluarga:

A father bought a beautiful music box for his little daughter. The cheap one with no sound. "Doesn't matter, she is deaf."

BELUM PUAS MEMARAHIKU. Setelah aku menjadi tuli, Ayah membelikanku sepasang telinga baru.

Seno gemetar menggenggam kertas hasil ulangan. Nilainya sempurna. Ayah mungkin akan memberinya hadiah, DI DALAM KAMAR.

Ayah selalu tegas dengan JAM MALAM. Kami dikeluarkan pukul sembilan. Target setoran harus tercapai sebelum pagi menjelang.

DIAM ITU EMAS. Ketika aku pulang hanya membawa perak, keheningan di dalam rumah pecah dan riuh rendah.

HARI IBU DI PASAR IBU. Ramai sekali. Aku membeli ibu baru, kali ini yang pandai bernyanyi.

DI RUMAH BORDIL. Ayah tak mungkin mengenaliku, aku sudah berubah. "Lastri..?" Ayah memanggilku dengan nama Ibu.

ORKESTRA JALANAN. Tak ada nyanyian yang keluar. Hanya suara keroncongan dari perut anak-anak yang tertidur di emperan.

ANAK JALANAN. "Ngapain kita di sini kak?" | "Cari duit buat makan" | "Duitnya yang kertas aja ya kak, biar gampang ngunyahnya."

SATU KAKI DI DALAM REL, SATU KAKI DI LUAR REL. Sementara deru suara kereta telah terdengar di kejauhan, ia masih ragu memutuskan.

SEPEDAKU MALANG. Sejak kecelakaan maut itu ia tak pernah lagi mau kukayuh.

Dengan ekstra hati-hati kupotong kabel merah. Sepersekian detik kemudian, ayah berhenti berdetak, tangis ibu seketika MELEDAK.

PELURU TERAKHIR. Untuk siapa? Untuk ibu yang sudah sekarat memohon mati? Atau untuk ayah keparat yang sudah bikin ibu begini?

KUMPUL KELUARGA DI HARI RAYA. Masih dengan pertanyaan yang sama: "kapan kamu akan pindah agama?"


Fin...


Thursday, September 20, 2012

Welcome Aboard

Akhirnyaaaa....

Sampai juga saya di blogspot. Atas bantuan teman seperjuangan tapi tidak sedarah meskipun mirip, Saudari Theresia Suganda, akhirnya saya "Kembali ke Fitri".. :)
Semoga saja blog ini ada gunanya, setidaknya untuk saya pribadi, sebagai ruang penyimpanan tulisan-tulisan yang belum rapi, bahkan mungkin belum berarti..

Selamat datang Fitri.... Mari kembali ke Fitri...