Wednesday, April 3, 2013

Pulau Satonda (Series of Calabai)


Masih tentang Calabai, sebuah desa sederhana di kaki gunung Tambora. Selain sebagai salah satu pintu masuk untuk mendaki Tambora—gunung api aktif tertinggi kedua di Indonesia, sebelum meletus tentunya, Calabai juga merupakan pintu masuk menuju salah dua pulau tercantik di propinsi Nusa Tenggara Barat. Siapa pernah mendengar tentang Pulau Moyo dan Pulau Satonda?

Yang belum pernah dengar, tidak perlu berkecil hati. Saya pun baru tahu tentang Pulau Moyo pada saat sedang merencanakan perjalanan ini. Sedangkan Pulau Satonda? Baru pun saya tahu setelah terdampar di Calabai. Ini menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar surganya keindahan alam. Seperti tak kan ada habis-habisnya jika kita ingin menjelajahi semua tempat indah yang terbentang dari ujung ke ujung sejauh batas wilayah NKRI. Apa yang kita tahu tentang Indonesia barangkali tidak ada seujung kukunya kuku Bima. Atau ini hanya sekadar excuse dari saya yang memang kurang pengetahuan umum. *kembali ke perpustakaan*
Pulau Satonda dalam Peta
Pulau Moyo bisa jadi lebih terkenal dibanding Pulau Satonda, hanya lantaran Pulau Moyo pernah dikunjungi tokoh-tokoh dunia seperti Lady Diana dan Mick Jagger. Tapi saya yakin Pulau Satonda juga tidak kalah indah dengan Moyo (dari google image yang saya telusuri). Saya bisa menceritakan sedikit tentang Pulau Moyo (nanti di edisi terpisah), karena memang perjalanan kemarin dulu membawa saya ke sana. Tapi untuk Satonda, sayang sekali, seperti nasib saya pada Tambora, nasib saya pada Satonda pun berakhir pada angan-angan belaka. Saya hanya punya foto pulau itu dari kejauhan Calabai, tanpa mampu menginjakkan kaki di sana.

Saya dan Dua Pendekar Wanita Calabai Berlatarkan Pulau Satonda
Satonda adalah sebuah pulau kecil di sebelah utara pulau Sumbawa Besar. Saya melihatnya saat sedang menyeberang dari Pulau Moyo menuju Calabai. Di tengah perjalanan dengan perahu kecil yang saya sewa dari penduduk desa Lepaluang Pulau Moyo, Bapak pengendali perahu ini menunjuk-nunjuk ke arah Pulau Satonda seraya berteriak bangga. “Itu Pulau Satonda mbak! Mbak mau ke sana kan?” Dia pikir tujuan saya ke Calabai adalah untuk berwisata ke Satonda. Saat itupun saya belum tahu tentang Satonda, jadi saya hanya jawab, “Oh, iya, Satonda ya Pak? Hmm, belum tahu Pak, lihat nanti.” Sambil bertanya-tanya dalam hati, ada apa di Pulau Satonda?
Pulau Satonda dari Kejauhan Saat Menyebrang dari Moyo ke Calabai
Saat saya sudah berada di Calabai, barulah saya mencari tahu tentang pulau ini. Ada apa di Pulau Satonda? Saya ulangi pertanyaan saya, kali ini kepada teman penduduk Calabai yang sudah sering bawa tamu ke Satonda. Ada danau Satonda, katanya. Apa saja yang bisa dilakukan di sana? Tanya saya lagi. Ya jalan-jalan, lihat pemandangan, kemping, jawabnya. Apa ada penduduk yang tinggal di sana? Tanya saya lagi. Tidak ada, pulau itu sudah jadi kawasan konservasi. Ooo, bagaimana caranya kalau mau ke sana? Tanya saya lagi. Ya sewa kapal, jawabnya lagi. Oke, thanks, bye.

Hahahaha... Yeah, I was poor at that time. And I don’t think I can swim all the way from Calabai to Satonda. So, bye bye Satonda. I’ll see you next time, hopefully!

Meskipun saya tidak bisa menyambangi Satonda, saya jadi tertarik untuk tahu lebih banyak tentang pulau yang ternyata sudah jadi obyek wisata alam sejak tahun 80an. Dan seperti saya duga, kebanyakan turis yang menyambangi Satonda adalah turis asing. Biasanya mereka singgah di Pulau Satonda (dan juga Pulau Moyo) dalam perjalanan cruising dengan kapal dari Bali atau Lombok menuju Pulau Komodo.

Salah satu keunikan Pulau Satonda yang menjadi daya tarik wisatawan adalah danau yang berada di tengah-tengah pulaunya. Jika danau pada umumnya berisi air tawar, maka danau Satonda ini berisi air asin. Sejarahnya, Pulau Satonda adalah pulau vulkanis yang terbentuk akibat letusan gunung api dasar laut jutaan tahun yang lalu. Lagi-lagi gunung api. Pulau atau gunung api Satonda yang tidak seberapa besar ini pastinya pernah meletus juga sehingga menghasilkan kawah yang sekarang menjadi danau Satonda. Konon danau Satonda dulunya berisi air tawar, namun letusan Gunung Tambora yang cetar membahana ke seluruh dunia sekitar dua abad lalu mengantarkan gelombang tsunami ke Satonda dan seketika menggantikan air tawar yang ada di dalam danau, menjadikan danau itu berair asin hingga sekarang. Teori ini masuk akal karena letak Satonda yang sangat dekat dengan Tambora.

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan keindahan Satonda yang konon kondang di kalangan wisatawan mancanegara pun sedikit demi sedikit mulai luntur. Setelah membaca  catatan Satonda yang penuh cacat (catper KPCI) saya jadi sangsi jika suatu hari nanti saya punya kesempatan ke Calabai lagi dan membawa uang yang cukup untuk menyewa kapal ke Pulau Satonda, saya masih akan menemukan pemandangan seindah gambar-gambar yang ditunjukkan mbah Google image untuk keyword PULAU SATONDA.