Wednesday, October 17, 2012

Samgyetang


Ada yang tahu atau minimal pernah dengar kata “samgyetang”? Samgyetang sama sekali bukan kata dalam bahasa alay semacam “ciyus” atau “miapah”, ciyusan deh.. Hehe.. Samgyetang adalah salah satu masakan tradisional korea berupa sup ayam ginseng. Orang Korea biasanya memakan samgyetang pada tiga hari istimewa di musim panas, yaitu: chobok, jungbok, dan malbok yang konon merupakan tiga hari terpanas dalam setahun.

Kenapa saya tiba-tiba posting tentang masakan korea? Ini juga bukan lantaran gegar budaya Korea yang sedang menyergap Indonesia. Saya berbuat ini semata-mata mau membanggakan Ibu saya yang bisa masak samgyetang. Yup! Benar sekali, Ibu saya yang wanita sederhana dan kurang modern itu bisa masak makanan tradisional dari negeri ginseng. Hebat kan??? *bangga setengah mati*

Yah, meskipun apa yang Ibu saya masak mungkin jauh dari mirip bila dibandingkan dengan masakan aslinya. Tapi ini bisa dimaklumi karena Ibu saya memang tidak menggunakan resep asli dari Korea. Well, how would she know the recipe? She can’t even say the name correctly. Ibu saya menyebut samgyetang sebagai sanggeta. Begitulah yang beliau dengar dari sumbernya (Budhe saya – another modest woman in the family) dan begitu pula yang lidah beliau mampu lafalkan. Budhe saya ini bekerja sebagai juru masak di rumah orang Korea. Karena pekerjaannya lah beliau mengenal beberapa masakan Korea seperti kimchi dan samgyetang ini. Tidak jarang pula beliau memasak makanan Korea ini di rumah. Jadi, sebelum demam K-Pop melanda Indonesia, kami sudah sering makan kimchi sejak belasan tahun lalu… ;)

Jadi adik bungsu saya yang baru berulang tahun awal Oktober kemarin tiba-tiba ngidam pengen dimasakin samgyetang. Ibu saya pun lalu mengolah tiga ekor ayam menjadi simplified samgyetang. Saya sebut simplified karena memang bahan-bahan yang digunakan oleh Ibu saya jauh lebih sederhana dari resep aslinya. Biar nambah khasanah resep bagi yang rajin masak, berikut saya tuliskan resepnya:
Bahan Utama:
  • 1 ekor ayam utuh (450 ~ 500 gr)
  • 50 gr beras ketan
  • 1 biji buah berangan
  • 2 biji buah ginkgo
  • 1 akar ginseng basah
  • 2 buah kurma Korea
  • Daun bawang, sedikit garam dan lada
Bahan untuk Kuah:
  • 2 liter air
  • 10 gr jahe
  • 100 gr lobak
  • 10 siung bawang putih
  • 5 gr Gamcho (akar manis)
  •  5 gr Hwanggi (akar kuning)
Cara Memasak:
  1. Keluarkan bagian dalam perut ayam, bersihkan kemudian potong bagian buntut ayam
  2. Isi perut ayam dengan beras ketan yang sudah dibersihkan dan direndam 1 jam dalam air dingin
  3. Masukkan buah berangan dan ginkgo serta ginseng basah ke dalam perut ayam
  4. Kaki ayam disilangkan dan diikat dengan benang
  5. Rebus 2 liter air bersama jahe, lobak, akar manis, akar kuning, dan bawang putih selama 30 menit, kemudian bahan di dalam kuah dibuang kecuali bawang putih
  6. Masukkan ayam ke dalam kuah lalu direbus kembali di atas api besar selama 40 menit lali kecilkan api dan masak selama 10 menit
  7. Pindahkan ayam ke mangkuk, tuangkan kuah yang sudah disaring lemaknya, taburi daun bawang yang telah dipotong-potong, dan dibumbui dengan garam dan lada.
Catatan: Resep untuk satu orang.

Nah, bahan-bahan yang disebutkan dalam resep tersebut di atas tidak semuanya Ibu saya pakai. Mungkin karena beliau tidak bisa menemukannya di supermarket terdekat, atau bisa jadi memang beliau tidak tahu seluruh bahan tersebut. Bisa jadi juga resep tersebut sudah dimodifikasi oleh Budhe saya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dibuat.

Singkat cerita, Voila!! Jadilah tiga ekor ayam berisi nasi ketan yang berenang dalam kuah bersama ginseng dan akar-akaran entah apa di dalam sebuah panci besar di dapur Ibu saya. Sebenarnya ayam dan nasi ketannya sendiri nyaris tidak ada rasanya (hambar), maka orang Korea biasa memakannya dengan garam, lada, dan kimchi untuk rasa-rasa. Sedangkan adik saya lebih suka memakannya dengan saus cabe. Saya sendiri memilih memakannya dengan sambel ulek... :-9

So, kamu mengaku sebagai pengagum budaya Korea? Apakah Ibu kamu bisa masak makanan Korea? Ibu saya bisa doooong...!! :-P

Saturday, October 13, 2012

Ngeksis di Social Media Fest 2012


Sebagai anak twitter yang cukup aktif (11.600 tweets sejak 2009 lumayan lah yaa..?!), rasanya dosa aja kalo gak datang ke acara Social Media Festival 2012 yang kali ini diadakan di Gelanggang Renang Senayan. Maka di Sabtu siang yang panasnya nyaris tak termaafkan, saya niat banget setor muka ke event tahunan anak-anak Socmed ini. Niat banget karena saya ke sini naik Trans Jakarta (bukan taksi), dan berjalan kaki dari Halte GBK ke dalam Senayan. Pffiiuuhh… Lumayan jauh ya ternyata?! Etapi gak nyesel lho ke sini karena di luar dugaan ternyata rame banget!!

Saya pikir selama ini saya sudah follow cukup banyak akun komunitas yang keren-keren di twitter, tapi ternyata yang saya follow itu belum lah seberapa. Ternyata masih buanyak banget akun-akun keren yang selama ini saya gak tahu. Dari 130 komunitas yang meramaikan SocMedFest 2012 ini paling baru 5% nya saja yang saya kenal. Komunitas jalan-jalan aja ada kali 10 lebih. Secara hobby saya jalan-jalan, jadi yang pertama dituju pasti booth-booth ini, hehe... Belum lagi komunitas lingkungan, komunitas hobi, dan komunitas gerakan social yang jumlahnya juga banyak. Hebat! Salut deh sama anak-anak muda Indonesia dan pengaruh sosial media di kehidupan masyarakat kita.

Ada juga satu komunitas yang bukan jalan-jalan tapi sangat menarik perhatian saya, yaitu “Indonesia Berkebun”. Boothnya kreatif banget dihias sama bunga-bunga dan tempat sampah daur ulang. Segala hal yang berbau daur ulang saya suka! Mereka juga menyediakan permainan tradisional congklak loh.. Kita bisa nostalgia masa kecil sambil numpang duduk lesehan di depan booth mereka.. J


Hmm, sambil lihat-lihat booth komunitas saya juga menyempatkan diri mampir ke booth Acer. Soalnya emang lagi ada rencana pengen beli laptop baru sih.. (horang kayah!). Booth Acer terang banget dan rame! Cukup mencolok di antara booth-booth tetangganya karena terlihat paling lux.



Dan ternyata promo yang ditawarkan di booth Acer ini sangat menggiurkan. Ada cashback Rp. 500.000,- plus narik lucky dip dari fish bowl yang isinya minimal voucher Rp. 100.000,-. Nah, udah minimal dapet korting Rp. 600.000,- aja donk! Apalagi laptop yang saya incar (Acer Aspire S3 Ultrabook ) menawarkan lagi banyak free bonus, termasuk free external DVD dan converter HDMI to VGA (ngeces). Ini laptop tuh langsing banget, lebih langsing dari saya pastinya. Dan layarnya lebih besar dari yang saya punya sekarang (13.3”). Looks light, warnanya kalem dan modelnya sophisticated. Di luar itu, eh di dalam itu, processor dan memorinya mumpuni banget buat saya. Tapiiii…. Huufftt.. Apa daya isi dompet belum mengijinkan untuk beli-beli lagi.. Hiks!


Dan sodara-sodara sebangsa dan seranah twitter, ada bocoran nih... Di booth Acer ini ada dipajang produk Acer yang baru mau akan dilaunch sekitar akhir Oktober nanti. Bahkan harganya belum keluar! This is like Acer's Top Secret... Sssttt.. Konon laptop yang bakal menyandang nama Acer Aspire S7 (kakaknya S3 dan S5) ini dibuat untuk Windows 8! Kelihatan sangat canggih dengan fitur touch screen. Warnanya putih (one of my favorite color) dan modelnya jauh lebih canggih lagi dari adik-adiknya. Langsung ngeces maksimal. Hmm, kira-kira bakal dibandrol di harga berapa yaaa??? (cek limit CC dan kemudian tertunduk lesu). Sayang gak sempat foto penampakannya secara tadi rame banget di sekitar situ. Pada norak deh nih orang-orang liat laptop touch screen, termasuk saya juga sih... Hehehe...






Monday, October 1, 2012

I've Loved You Before I Met You


Kamu boleh percaya boleh tidak pada apa yang akan kukatakan. “I’ve loved you before I met you”. Mirip lirik lagu? Yah begitulah.. Gombal? Sayangnya gombal hampir selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang tidak benar, jadi aku menolak disebut gombal. Karena apa yang barusan kukatakan memang benar seutuhnya, tidak ada yang dilebih-lebihkan.

Aku mencintaimu bahkan sebelum ruh kita ditiupkan ke dalam tubuh. Jangan tanya dengan apa aku mencintaimu tanpa ruh, karena aku pun tak tahu. Mungkin saja gumpalan dagingku nyaman berada dekat dengan gumpalan dagingmu, sesederhana itu. Kamu lihat? Bahkan sebelum tubuh kita mempunyai bentuk, aku sudah tahu kalau kamu ada di sisiku.

Setelah kita sama-sama punya tangan, kita bisa saling menyentuh. Aku suka menyentuh tubuhmu. Tidak, ini bukan kurang ajar, ini kasih sayang. Waktu itu kita juga berbagi makanan yang sama. Ingatkah kamu? Aku sering mengalah padamu soal makanan ini. Aku rela kamu dapat bagian lebih banyak. Aku senang melihat pergerakan perutmu setiap kali kamu merasa kenyang, itu luar biasa lucu! Sekaligus menenangkan.. Kamu harus makan banyak karena kamu perlu energi untuk bertahan di sana, juga untuk keluar dari sana. Bukannya aku tidak butuh, tapi kan aku sayang kamu. Jadi wajar saja kalau aku mendahulukanmu.

Kita berbagi kekhawatiran yang sama saat itu. Apakah kita berdua bisa keluar dari sana hidup-hidup? Aku bisa merasakan kamu demikian gelisah hingga tubuhmu bergetar hebat, sepertinya aku bisa melihat air mata di sudut matamu yang tepejam. Entahlah, aku tidak yakin. Tapi dengan perasaan yang juga berguncang, kusentuh tubuhmu pelan dan kukirimkan pesan melalui sentuhan, bahwa tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku akan melakukan apapun untuk menjagamu dengan segenap kemampuanku.

Pada suatu hari di bulan September, kamu mengatakan bahwa hari  itu adalah hari baik. Entah dari mana kamu tahu kalau itu hari baik, mungkin arwah-arwah leluhur yang membisikkannya di telingamu. Kamu bilang kamu ingin hari baik itu jadi hari yang bersejarah bagi kita berdua. Dan begitu saja kita memutuskan untuk mengakhiri persembuyian kita dan keluar melihat dunia yang cahayanya menyilaukan.

Apa yang terjadi kemudian di hari itu aku tidak terlalu bisa mengingatnya. Aku hanya ingat mereka – tangan-tangan besar yang licin dan berbau aneh, mengambilmu lebih dulu. Aku bisa mendengarmu meneriakkan namaku – padahal saat itu aku belum punya nama, tapi aku tahu kamu memanggilku dalam jeritan nyaring dengan nada yang berulang-ulang. Mungkin kamu takut berpisah dariku. Saat itu aku merasa seperti mau mati. Ruhku hendak beranjak meninggalkan tubuhku. Aku tak bisa membalas panggilanmu, aku begitu lemah. Aku begitu takut akan kehilangan dirimu. Lalu aku berharap – saat itu aku belum bisa berdoa, sangat berharap agar aku bisa bersamamu lagi. Dan harapanku terkabul. Kita berdua lahir dengan selamat di hari baik pada bulan September.

Kenangan purba tentang hangatnya rahim dan kebersamaan denganmu di dalamnya kerap muncul dalam momen-momen dejavu. Karenanya aku tahu aku memang mencintaimu sejak mula dulu. Tapi semenjak hari baik dulu itu, kita dipisahkan oleh tembok tak kasat mata bernama norma. Mereka bilang kita tak semestinya saling mencintai. Bukan, bukan begitu. Maksudnya, kita boleh saja saling mencintai, tapi tidak dengan cara yang kita yakini. Kamu adalah adik kandungku – karena kamu keluar lebih dulu, jadi aku hanya boleh mencintaimu sebagai kakak. Kita dilarang mencintai dengan keintiman yang dulu kita miliki di dalam rahim.

Kamu tahu Dik? Kita tak mungkin bersama. Bukannya aku tak mau memperjuangkan kita, tapi dinding yang melingkupi kita kali ini jauh lebih keras dan liat dibanding dinding tempat kita bersemayam dulu. Dinding yang ini tak mungkin kita lawan. Kamu tak ingin membuat Ibu terluka, bukan?

Dengar Dik.. Kita tak bisa bersama, tapi aku ingin kamu mengingat kalimatku ini: I’ve loved you before I met you… And I will always love you until we meet again in the afterlife…


With Love,
Your brother