Biasanya jam segini aku sudah di rumah. Tapi
pria yang berbagi meja denganku di kedai kopi kecil ini membuatku betah menunda
pulang.
Awalnya ia bertanya tentang kopi yang sedang
kunikmati—kopi tubruk cap Liong Bulan tanpa gula. Menurutnya selera kopiku
menarik. Dan obrolan pun mengalir dari sana.
Kutandaskan sisa kopi dalam cangkirku hingga
ke ampas-ampasnya. Pria itu tertegun sejenak melihat wajahku sebelum akhirnya
tersenyum jenaka. Ah, sial! Ia pasti menertawakan kumis ampas kopi di atas
bibirku. Dengan malu aku berusaha meraih tisu, tapi tangannya menahanku.
“Biar aku saja.” Pria itu mencondongkan
tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku yang sedikit terbuka.
Note:
Tidak diikutsetakan dalam #FF100Kata karena
lewat deadline.
Tema: AMPAS KOPI
No comments:
Post a Comment