“Permisi,
ini kosong?” ia menunjuk bangku di sebelahku.
Aku
hanya mengangguk dan sedikit menggeser pantatku. Wangi parfum maskulin segera tercium
begitu ia duduk.
“Lumayan,
bukan bau minyak angin” pikirku.
Sepuluh
menit berlalu. Kami sama-sama membisu.
Tiba-tiba
ia beranjak, kupikir ia ke toilet. Tapi sepuluh menit berlalu ia belum juga
kembali.
“Ke
mana dia?”
“Ah,
mengapa aku harus mencarinya? Dia kan bukan siapa-siapa”.
Sepuluh
menit berikutnya, tidak ada tanda-tanda.
Kemudian
dengan refleks atau didorong oleh perasaan entah apa, aku memutar kepalaku
mencari sosok lelaki tadi.
Dan
di sanalah ia – duduk lima baris di belakangku, bercengkrama akrab dengan seorang
gadis.
Dalam
hati aku menggerutu “apa sih susahnya memulai percakapan? Kesempatan emas malah
disia-siakan”.
[cerita #111Kata dengan tema "kursi" untuk @jejakubikel]