Monday, December 24, 2012

'Santai' di Lombok


“Cemplung! Cemplung!” akhirnya dua kaki saya mendarat di pulau Lombok. Turun dari fast boat yang mengantar saya dari Padang Bai Bali ke Teluk Nara Lombok. Sampai di Teluk Nara saya dan travel mate saya masih agak-agak jetlag (nyawa belum ngumpul semua lebih tepatnya karena tidur sepanjang perjalanan kapal). Jadi saat ditanya oleh orang-orang yang menawarkan jasa transportasi berupa travel, kami kebingungan. Akhirnya saya sebutkan saja satu-satunya nama penginapan di Senggigi yang saya tahu dari rekomendasi seorang teman, “Santai Beach Inn”. Harga travel 200 ribu per mobil (mobilnya APV tapi kapasitas maksimal hanya 4 orang), mahal memang, tapi tidak ada pilihan lain karena kami bingung juga mau ke mana dan tidak tampak ada kendaraan umum di sekitar situ. Padahal kalau mau jalan sedikit ke jalan raya kami sebenarnya bisa menunggu bemo (angkot) di pinggir jalan yang memang lewatnya jarang-jarang. Beruntung ada sepasang bule yang mau sharing dengan kami. Jadi ongkos 200 rb dibagi berempat, deal!

Wow.... Sepanjang perjalanan dari Teluk Nara sampai ke Mangsit (ternyata Santai Beach Inn letaknya di Jl. Mangsit, belum sampai Senggigi) kami tak henti-henti berdecak kagum demi melihat pemandangan yang sempurna di bawah siraman sinar matahari maksimal. Laut biru di sebelah kanan jalan dan bukit gersang kecoklatan di sebelah kiri menghasilkan panorama yang eksotik. Jalanannya sepi jali dan mulus lus lus lus tanpa cela.. Hot mix hitam berkilauan memantulkan cahaya matahari yang siang itu terik luar biasa. Lambat laun bukit gersang kecoklatan berganti dengan bukit hijau menyegarkan, masih berhadapan dengan laut biru mempesona, kami melewati Nipah Hills.

Setelah 20 menit perjalanan yang rasanya seperti obat tetes mata – menyegarkan, kami akhirnya sampai di Santai Beach Inn. Kesan pertama, hmm... Sejuk! Dari pintu masuk tempat ini lebih mirip hutan atau kebun ketimbang penginapan. Pohon-pohon tinggi, semak-semak rimbun, pokoknya adem! Konsep kamarnya adalah cottages, jadi masing-masing kamar terpisah oleh rimbun tumbuh-tumbuhan. Ada dua kamar standard yang tipenya rumah monyet, kamar tidur di atas, di bawah bale-bale untuk bersantai dan ngobrol-ngobrol. Kamar mandi semi outdoor dengan WC jongkok untuk kamar standard. Sayang kami lupa melihat-lihat isi kamar yang levelnya di atas standard, tapi bentuknya cottage biasa, bukan rumah monyet seperti kamar standard. Semua kamar di sini tanpa AC, hanya ada kipas angin kecil di sisi tempat tidur yang tidak pernah kami nyalakan karena kami lebih butuh colokannya untuk charge hp dan segala gadget. Angin bisa kami dapatkan cuma-cuma di kamar hanya dengan membuka jendela. Satu hal yang agak mengganggu adalah paduan suara tonggeret yang nyaring bunyinya, sangat nyaring sampai memekakkan telinga! Tapi untungnya serangga-serangga itu hanya bernyanyi di siang hari. Tapi malamnya pun suasana masih ramai dengan suara jangkrik dan binatang entah apa yang syahdu membalut malam. Benar-benar penginapan bernuansa natural.

 


Santai Beach Inn terletak di Jalan Mangsit, yaitu jalan tempat villa-villa dan resort-resort mewah berdiri. Di balik resort-resort mewah itu tentunya ada private beach yang jadi andalan mereka. Nah, karena berada sejalan dengan mereka maka otomatis Santai Beach Inn juga dapat jatah private beach meskipun tidak langsung di belakang penginapan. Halaman belakang Santai Beach Inn tidak berbatasan dengan pantai seperti resort-resort itu, melainkan dengan batu. Jadi kalau ingin main air laut atau mantai kita harus berjalan sedikit ke kanan menuruni pijakan batu. Dan kalau kita berjalan sepanjang pantai itu kita bisa lihat fasilitas resort-resort mewah tetangga sebelah. Kolam renang dan kursi-kursi tidur menghadap ke laut, kamar massage terbuka ke pemandangan laut, restaurant dengan pemandangan laut, dan sebagainya dengan view langsung laut dan pantai. Huh! (ceritanya nyinyir).



Overall, Santai Beach Inn tidaklah buruk sebagai pilihan penginapan di sekitar Senggigi. Dari Jalan Mangsit ke keramaian Senggigi hanya sekitar lima menit saja dengan kendaraan. Rate yang ditawarkan (2012) adalah Rp. 110 rb untuk single (1 orang) dan Rp. 160 ribu untuk double (2 orang) per kamar standard, belum termasuk pajak tapi sudah termasuk sarapan. Sarapan yang unik, tiga potong pisang goreng dan dua potong pepaya untuk setiap orang ditambah teh/kopi. Oiya, di sini juga ada wifi tapi untuk dapat passwordnya harus bayar kalau tidak salah Rp. 20 rb. Lebih menarik lagi penginapan ini punya perpustakaan mini di bale-bale tempat makan/nongkrong. Seperti yang bisa diduga rak bukunya didominasi oleh buku-buku lama dan buku-buku itu bisa dibeli dengan harga Rp. 50 ribu untuk buku > 500 halaman dan Rp. 40 ribu untuk buku < 500 halaman. Mereka juga mau membeli (buy/buy back) buku dengan harga setengah dari harga jual tadi.


Pagi harinya saya dan travel mate saya melakukan yoga di halaman belakang penginapan. Langsung di atas pasir tanpa alas dengan pemandangan laut biru dan suara debur ombak mengiringi. Kapan lagi?? ;)


[Senggigi, 15 November 2012]


No comments:

Post a Comment