Aku menamainya Gio, padahal aku tidak tahu
apakah ia perempuan atau laki-laki. Kalau ia perempuan bisa saja nama
panjangnya Giovany, tapi tetap akan kupanggil Gio.
Gio adalah tukik mungil yang
lembut dan lucu hasil percobaan konservasi penyu oleh teman-teman dari KOMPPAK
(Komunitas Pecinta Penyu dan Karang). Begitu mungil dan lembutnya Gio sampai
aku tidak bisa membayangkan suatu hari nanti ia bisa jadi sebesar penyu-penyu
yang pernah kulihat selama ini.
Sebelumnya Gio datang sebagai telur penyu
bersama 89 butir telur lainnya yang dibeli oleh teman-teman KOMPPAK dari desa
Kawinda To’i seharga Rp. 2.500 per butir. Biasanya mereka menjual telur penyu
untuk dikonsumsi dengan harga Rp. 3.000 per butir, berhubung kali ini untuk
tujuan konservasi maka mereka setuju memberikan potongan harga Rp. 500 per
butir.
Cikal bakal Gio dan 89 telur lainnya
dibawa ke desa Calabai. Di sini teman-teman KOMPPAK sudah mempersiapkan tempat
untuk telur Gio dan teman-temannya di pantai. Mereka membuat lubang di pasir
dengan kedalaman mulai dari 15 cm hingga 40 cm. Nah, telur Gio kebagian tempat
di lubang sedalam 25 cm. Pada hari ke-42 telur-telur penyu itu mulai menetas,
tapi sayang tidak semua menetas. Dari 90 butir telur yang dipendam, hanya 15
telur saja yang menetas sempurna. Mereka adalah telur-telur yang dipendam di
kedalaman 20 cm, 25 cm, dan 30 cm. Sayangnya lagi, 15 bayi tukik yang menetas
itu satu per satu mati pada hari-hari berikutnya dan hanya menyisakan tiga ekor
termasuk Gio ini.
Karena banyak
tukik yang mati kawan-kawan KOMPPAK mulai lebih waspada untuk merawat Gio dan dua temannya yang
tersisa. Mereka ditaruh di ember yang setiap hari harus diganti airnya. Mereka
belum butuh makanan karena masih membawa makanan sendiri di bawah tubuhnya.
Selang satu bulan teman-teman KOMPPAK membuatkan penangkaran sederhana di dekat
dermaga. Penangkaran ini juga nantinya akan digunakan untuk menampung
teman-teman Gio yang akan didatangkan dari Mataram sedikitnya 50 ekor tukik. Penangkaran
ini sangat sederhana, berukuran kurang lebih 5 m X 2,5 m dibuat dengan 6 tonggak
kayu dan dikelilingi jaring dua lapis. Tingginya pun tidak sampai 2 meter.
Maka pada suatu
sore yang cerah ketika penangkaran tersebut selesai dibuat, kami pindahkan Gio
dan dua temannya ini dari ember ke dalam penangkaran. Aku bisikkan padanya
untuk senantiasa berhati-hati dan semoga dia aman di dalam sana. Gio terlihat
sangat gembira saat dilepas ke dalam penangkaran. Ia berenang lincah ke sana ke
mari, dan kami pun meninggalkan mereka di sana saat senja mulai turun.
Malam harinya
sekitar pukul 22:00 kami mendapat kabar bahwa air laut meninggi dan salah satu
tukik terlepas dari penangkaran. Panik, kami semua segera berlari menuju
dermaga. Sesampainya di sana kawan-kawan KOMPPAK segera terjun membetulkan jaring yang
agak turun di salah satu sisi dan benar menemukan bahwa di dalam hanya tinggal
tersisa dua ekor tukik. Aku pun meratap, kamu ke mana Gio??? Kami mencarinya di sekeliling dermaga
tapi berhubung ukurannya masih sangat kecil dan malam gelap, kami tidak
berhasil menemukannya.
Aku melepas pandang ke arah laut luas di depan dermaga, mencemaskan Gio. Suara 'cepiak' air laut yang menampar lembut tiang-tiang dermaga melemparku ke dalam kenangan tentang Gio. Ya ampun, dia masih begitu kecil, begitu rentan. Akankah ia sanggup bertahan di luar sana? Laut gelap di hadapanku hanya diam tak menjawab. Aku menunduk, di manapun
kamu berada sekarang semoga kamu baik-baik saja Gio... Semoga kamu selamat dan dapat tumbuh besar,
kawin, lalu menghasilkan telur yang banyak demi keberlangsungan spesiesmu dan
keseimbangan alam semesta.
Selamat jalan Gio... Your journey starts
here...
[Calabai, 29 November 2012]
Catatan: Teman-teman
di KOMPPAK juga mulai mensosialisasikan gerakan konservasi penyu ini kepada
penduduk. Daripada penduduk mengambil telur penyu dan dijual untuk dikonsumsi,
KOMPPAK bersedia membayar Rp. 5000 untuk setiap tukik yang mereka biarkan
menetas dari telurnya dan diserahkan ke KOMPPAK untuk ditangkar. Untuk
informasi lebih lengkap tentang siapa KOMPPAK dan apa saja yang mereka lakukan,
sila lihat di sini: KOMPPAK
Atau baca tulisan seorang Pencumbu Indonesia tentang KOMPPAK di sini: Cumbu Indonesia siapa tahu ada yang mau bantu... Salam lestari!
No comments:
Post a Comment