Masih tentang Calabai, sebuah desa sederhana
di kaki gunung Tambora. Selain sebagai salah satu pintu masuk untuk mendaki Tambora—gunung
api aktif tertinggi kedua di Indonesia, sebelum meletus tentunya, Calabai juga
merupakan pintu masuk menuju salah dua pulau tercantik di propinsi Nusa
Tenggara Barat. Siapa pernah mendengar tentang Pulau Moyo dan Pulau Satonda?
Yang belum pernah dengar, tidak perlu
berkecil hati. Saya pun baru tahu tentang Pulau Moyo pada saat sedang
merencanakan perjalanan ini. Sedangkan Pulau Satonda? Baru pun saya tahu
setelah terdampar di Calabai. Ini menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar
surganya keindahan alam. Seperti tak kan ada habis-habisnya jika kita ingin menjelajahi
semua tempat indah yang terbentang dari ujung ke ujung sejauh batas wilayah
NKRI. Apa yang kita tahu tentang Indonesia barangkali tidak ada seujung kukunya
kuku Bima. Atau ini hanya sekadar excuse
dari saya yang memang kurang pengetahuan umum. *kembali ke perpustakaan*
Pulau Satonda dalam Peta |
Pulau Moyo bisa jadi lebih terkenal dibanding
Pulau Satonda, hanya lantaran Pulau Moyo pernah dikunjungi tokoh-tokoh dunia
seperti Lady Diana dan Mick Jagger. Tapi saya yakin Pulau Satonda juga tidak
kalah indah dengan Moyo (dari google image yang saya telusuri). Saya bisa
menceritakan sedikit tentang Pulau Moyo (nanti di edisi terpisah), karena
memang perjalanan kemarin dulu membawa saya ke sana. Tapi untuk Satonda, sayang
sekali, seperti nasib saya pada Tambora, nasib saya pada Satonda pun berakhir
pada angan-angan belaka. Saya hanya punya foto pulau itu dari kejauhan Calabai,
tanpa mampu menginjakkan kaki di sana.
Saya dan Dua Pendekar Wanita Calabai Berlatarkan Pulau Satonda |
Satonda adalah sebuah pulau kecil di sebelah
utara pulau Sumbawa Besar. Saya melihatnya saat sedang menyeberang dari Pulau
Moyo menuju Calabai. Di tengah perjalanan dengan perahu kecil yang saya sewa
dari penduduk desa Lepaluang Pulau Moyo, Bapak pengendali perahu ini
menunjuk-nunjuk ke arah Pulau Satonda seraya berteriak bangga. “Itu Pulau
Satonda mbak! Mbak mau ke sana kan?” Dia pikir tujuan saya ke Calabai adalah
untuk berwisata ke Satonda. Saat itupun saya belum tahu tentang Satonda, jadi
saya hanya jawab, “Oh, iya, Satonda ya Pak? Hmm, belum tahu Pak, lihat nanti.”
Sambil bertanya-tanya dalam hati, ada apa
di Pulau Satonda?
Pulau Satonda dari Kejauhan Saat Menyebrang dari Moyo ke Calabai |
Saat saya sudah berada di Calabai, barulah
saya mencari tahu tentang pulau ini. Ada
apa di Pulau Satonda? Saya ulangi pertanyaan saya, kali ini kepada teman
penduduk Calabai yang sudah sering bawa tamu ke Satonda. Ada danau Satonda, katanya. Apa
saja yang bisa dilakukan di sana? Tanya saya lagi. Ya jalan-jalan, lihat pemandangan, kemping, jawabnya. Apa ada penduduk yang tinggal di sana?
Tanya saya lagi. Tidak ada, pulau itu sudah jadi kawasan konservasi. Ooo, bagaimana caranya kalau mau ke sana?
Tanya saya lagi. Ya sewa kapal,
jawabnya lagi. Oke, thanks, bye.
Hahahaha... Yeah, I was poor at that time.
And I don’t think I can swim all the way from Calabai to Satonda. So, bye bye
Satonda. I’ll see you next time, hopefully!
Meskipun saya tidak bisa menyambangi Satonda,
saya jadi tertarik untuk tahu lebih banyak tentang pulau yang ternyata sudah
jadi obyek wisata alam sejak tahun 80an. Dan seperti saya duga, kebanyakan
turis yang menyambangi Satonda adalah turis asing. Biasanya mereka singgah di
Pulau Satonda (dan juga Pulau Moyo) dalam perjalanan cruising dengan kapal dari Bali atau Lombok menuju Pulau Komodo.
Salah satu keunikan Pulau Satonda yang
menjadi daya tarik wisatawan adalah danau yang berada di tengah-tengah
pulaunya. Jika danau pada umumnya berisi air tawar, maka danau Satonda ini
berisi air asin. Sejarahnya, Pulau Satonda adalah pulau vulkanis yang terbentuk
akibat letusan gunung api dasar laut jutaan tahun yang lalu. Lagi-lagi gunung
api. Pulau atau gunung api Satonda yang tidak seberapa besar ini pastinya
pernah meletus juga sehingga menghasilkan kawah yang sekarang menjadi danau
Satonda. Konon danau Satonda dulunya berisi air tawar, namun letusan Gunung
Tambora yang cetar membahana ke seluruh dunia sekitar dua abad lalu
mengantarkan gelombang tsunami ke Satonda dan seketika menggantikan air tawar yang
ada di dalam danau, menjadikan danau itu berair asin hingga sekarang. Teori ini
masuk akal karena letak Satonda yang sangat dekat dengan Tambora.
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan
keindahan Satonda yang konon kondang di kalangan wisatawan mancanegara pun
sedikit demi sedikit mulai luntur. Setelah membaca catatan Satonda yang penuh cacat (catper KPCI) saya jadi sangsi jika suatu hari nanti saya
punya kesempatan ke Calabai lagi dan membawa uang yang cukup untuk menyewa
kapal ke Pulau Satonda, saya masih akan menemukan pemandangan seindah
gambar-gambar yang ditunjukkan mbah Google image untuk keyword PULAU SATONDA.
No comments:
Post a Comment